Okeh, udah 20 taun saya ga nulis
nih, sementara saga 30 Mengejar Keio masih jauh dari selesai selesai *tsaaaah.
Di post sebelumnya saya cerita tentang pendaftaran Keio University
International Graduate Program, untuk post kali ini dan seterusnya saya akan
cerita tentang pendaftaran beasiswanya.
Sebelumnya saya kadang ditanya 2
(atau 3 yah) pertanyaan ini
“daftar/dapet universitas dulu apa
beasiswa dulu ?”
“beasiswanya apa ? caranya gimana“
Jawaban untuk pertanyaan pertama adalah
seperti yang sudah saya sebutkan di post pembuka saga ini, kelebihan program
yang saya kejar ini adalah saya tidak perlu mendaftar universitas dan beasiswa secara
terpisah, ada 1 formulir permintaan beasiswa yang bisa disertakan pada dokumen
pendaftaran ke universitas. Jadi bisa dibilang pendaftaranya saya lakukan
bersamaan, tapi saya dapet universitasnya dulu baru dapet beasiswanya.
Kalo pertanyaan kedua beasiswa yang
saya peroleh adalah beasiswa Monbukagausho University Recommendation atau bisa
disebut juga Monbukagakusho U(niversity) to U(niversity). Nah, untuk prosesnya kira-kira
begini. Jadi suatu hari (setelah mengirimkan segala tetek bengek yang diminta
Keio) saya mendapatkan
sebuah e-mail yang isinya adalah saya diterima di Keio University program
internasional. dan E-mail itu juga menanyakan apakah saya bersedia menjadi
salah satu kandidat penerima beasiswa entah dari Monbukagakusho atau Jasso,
yang tentu saja saya iyakan.
Karena saya sudah menyatakan
bersedia maka saya harus mengirimkan kelengkapan dokumen permintaan beasiswa.
Enaknya adalah sebagian kelengkapan untuk daftar beasiswa sudah dipenuhi pas daftar
Keio, jadi saya cukup melengkapi sisanya aja, diantaranya surat rekomendasi
dari kampus (fakultas), akta kelahiran berbahasa inggris, research plan,
fotokopi paspor, abstrak tesis, languang proficiency test result, dst.
Surat rekomendasi kampus (fakultas)
cukup mudah diperoleh, tinggal minta ke TU fakultas. Akta kelahiran berbahasa
inggris ini yang menurut saya agak meragukan, emang bener akta kelahiran resmi
sudah dwi bahasa (Indonesia-Inggris) tapi masih ada beberapa bagian yang masih
berbahasa Indonesia, jadi untuk amannya saya pergi ke penerjemah tersumpah
(sworn translator) untuk mengalihbahasakan (tsaaah bahasanya) akta kelahiran
saya. Googling sebentar dan saya nemu penerjemah tersumpah deket kosan saya
di Bandung, namanya Pak Ganda kalo ga salah (mahal juga euy, kalo ga salah
selembar akta habis 200rb), setelah liat hasilnya sempet ragu juga sih tapi
yawdalah nekat aja, untung
banget pihak pemberi beasiswa mau nerima.
Language proficiency test juga
tinggal fotokopi lembar nilai TOEFL yang sudah saya gunakan untuk daftar Keio,
sebenernya mereka ga spesifik minta TOEFL, pokoknya segala jenis material yang
bisa menunjukkan kemampuan bahasa asing kamu secara objektif misalnya IELTS n
JLPT. Terakhir untuk Paspor (plus visa), research plan, n abstrak tesis akan
saya ceritakan di post berikutnya karena mungkin bakalan panjang.
1 yang komentar:
mas, sy mau tanya. sy mau apply ke unive keio juga utk awal jan tahun depan ini. waktu dulu mas daftar ada berapa kali screening ya? ada tes interview dan essay ga?
sy rencananya daftar dengan beasiswa LPDP, kira2 lebih baik beasiswa LPDP atau MEXT?
terima kasih
Posting Komentar