Rabu, 28 Agustus 2013

30 Hari Mengejar Keio Part 5 : Beasiswa


Okeh, udah 20 taun saya ga nulis nih, sementara saga 30 Mengejar Keio masih jauh dari selesai selesai *tsaaaah. Di post sebelumnya saya cerita tentang pendaftaran Keio University International Graduate Program, untuk post kali ini dan seterusnya saya akan cerita tentang pendaftaran beasiswanya.

Sebelumnya saya kadang ditanya 2 (atau 3 yah) pertanyaan ini
“daftar/dapet universitas dulu apa beasiswa dulu ?”
“beasiswanya apa ? caranya gimana“

Jawaban untuk pertanyaan pertama adalah seperti yang sudah saya sebutkan di post pembuka saga ini, kelebihan program yang saya kejar ini adalah saya tidak perlu mendaftar universitas dan beasiswa secara terpisah, ada 1 formulir permintaan beasiswa yang bisa disertakan pada dokumen pendaftaran ke universitas. Jadi bisa dibilang pendaftaranya saya lakukan bersamaan, tapi saya dapet universitasnya dulu baru dapet beasiswanya.

Kalo pertanyaan kedua beasiswa yang saya peroleh adalah beasiswa Monbukagausho University Recommendation atau bisa disebut juga Monbukagakusho U(niversity) to U(niversity). Nah, untuk prosesnya kira-kira begini. Jadi suatu hari (setelah mengirimkan segala tetek bengek yang diminta Keio) saya mendapatkan sebuah e-mail yang isinya adalah saya diterima di Keio University program internasional. dan E-mail itu juga menanyakan apakah saya bersedia menjadi salah satu kandidat penerima beasiswa entah dari Monbukagakusho atau Jasso, yang tentu saja saya iyakan.

Karena saya sudah menyatakan bersedia maka saya harus mengirimkan kelengkapan dokumen permintaan beasiswa. Enaknya adalah sebagian kelengkapan untuk daftar beasiswa sudah dipenuhi pas daftar Keio, jadi saya cukup melengkapi sisanya aja, diantaranya surat rekomendasi dari kampus (fakultas), akta kelahiran berbahasa inggris, research plan, fotokopi paspor, abstrak tesis, languang proficiency test result,  dst.
 
Surat rekomendasi kampus (fakultas) cukup mudah diperoleh, tinggal minta ke TU fakultas. Akta kelahiran berbahasa inggris ini yang menurut saya agak meragukan, emang bener akta kelahiran resmi sudah dwi bahasa (Indonesia-Inggris) tapi masih ada beberapa bagian yang masih berbahasa Indonesia, jadi untuk amannya saya pergi ke penerjemah tersumpah (sworn translator) untuk mengalihbahasakan (tsaaah bahasanya) akta kelahiran saya. Googling sebentar dan saya nemu penerjemah tersumpah deket kosan saya di Bandung, namanya Pak Ganda kalo ga salah (mahal juga euy, kalo ga salah selembar akta habis 200rb), setelah liat hasilnya sempet ragu juga sih tapi yawdalah nekat aja, untung banget pihak pemberi beasiswa mau nerima. 

Language proficiency test juga tinggal fotokopi lembar nilai TOEFL yang sudah saya gunakan untuk daftar Keio, sebenernya mereka ga spesifik minta TOEFL, pokoknya segala jenis material yang bisa menunjukkan kemampuan bahasa asing kamu secara objektif misalnya IELTS n JLPT. Terakhir untuk Paspor (plus visa), research plan, n abstrak tesis akan saya ceritakan di post berikutnya karena mungkin bakalan panjang.

1 yang komentar:

naomi.saddhadhika mengatakan...

mas, sy mau tanya. sy mau apply ke unive keio juga utk awal jan tahun depan ini. waktu dulu mas daftar ada berapa kali screening ya? ada tes interview dan essay ga?
sy rencananya daftar dengan beasiswa LPDP, kira2 lebih baik beasiswa LPDP atau MEXT?
terima kasih